Sabtu, 19 Oktober 2013

AKU





Aku tinggal dalam segumpal keluarga yang berkecukupan, tapi ada satu hal yang harus kamu tau sahabat, aku tidak tinggal bersama kedua orangtuaku tetapi bersama kedua orangtua dari orangtuaku. Aku begitu dibanggakan oleh kakek nenek. Mungkin dengan alasan karena aku cucu laki-laki pertama mereka. Selain daripada itu, mungkin karena keluarga kakek dilatar belakangi dengan dikaruniai tiga anak perempuan. Tentu sangat dirindukan celotehan dan gurauan bayi mungil laki-laki yang tak lain adalah aku.

Ibuku anak bungsu dari keluarga ini. Walaupun kita jarang bertemu tapi aku yakin >1 juta %  beliau mengenalku lebih dari orang lain. Beliau sangat cerdas bahkan aku sebagai buah hatinya kadang kagum dan belum percaya memiliki ibu yang penuh dengan keluar biasaan isi otaknya.

Aku tinggal bersama kakek nenek selama kurang lebih 13 tahun. Di rumah yang luas ini aku tinggal bersama dengan kakak keponakanku. Dia perempuan dan hampir setiap detik kami habiskan waktu bersama, bahkan kami lebih banyak mengisi kilauan dunia daripada matahari dan bulan. Anehnya kami tak pernah jenuh dengan keadaan ini walau mungkin hampir semua kegiatan yang kami lakukan itu sama. 

Inilah pokok dari kisah yang ingin ku pamerkan pada kalian. Bukan pamer tapi mungkin curahan yang ingin ku semayamkan pada fikiran kalian semua.

Dari kelas satu SD, tak ada satu siswa yang mampu menyusul dan menggantikanku sebagai bintang kelas. Kalau boleh kutunjukkan sedikit kesombonganku, aku tak pernah rajin belajar. Mungkin itu karunia dari Tuhan yang sangat dan sangat indah. Kalian harus tahu kalau tidak ada makhluk sempurna di dunia. Ya... ada sedikit ketidakstabilan pada EQ ku yang mungkin telah diembat IQ ku. Selain itu, karena aku tinggal bersama kakek nenek, tentu hanya ada sedikit kemandirian dan penuh dengan kemanjaan.

Dengan ketidakstabillan itu, ada suatu hal yang tak pernah diketahui orang lain, bahkan akupun tak tahu. Aku tak mampu mengendalikan alam bawah sadarku, aku bingung, takut, kesal, dan ingin memberontak tapi entah bagaimana bentuk pemberontakan yang ingin kulakukan. Setiap menit aku tertawa keras dan tak mampu menghentikannya. Asal kalian tahu, raut ini sangat terpukul dan bercampur penuh dengan rasa gengsi. Aku malu, tapi mustahil jika aku tak hidup di tengah masyarakat. Berjuta pertanyaan mendesak dalam diri. Aku kenapa??? Bagaimana aku mengatasinya??? Tuhan, apakah aku berbeda??? Kenapa ini terjadi padaku??? Tolong jangan pandang aku berbeda temaaan.

 Sudah ku coba berbagai pengobatan dan mungkin NIHIL. 

Suatu saat, ada orang yang menuntunku menuju ke psikiater. Dan beliau hanya tersenyum dan melontarkan satu ucapan manis dan agak masam bagiku. "Hanya dirimu sendiri yang mampu menyembuhkannya". Benar-benar sangat masam ucapan itu karena tak ada hal yang ku tau, aku tersesat dalam rasa penasaran yang mendorongku untuk sembuh. Kadang gejolak emosiku muncul karena aku merasa berbeda dari yang lain. Sang ayah yang terus menggembokku, nenek yang terlalu mengkhawatirkanku, dan kakek yang kebingungan mencari solusi membuat mengecilnya lingkup fase remajaku.

Kalian tahu, aku terlena dalam satu hal. TUHAN. Semua ini kehendak dari TUHAN. Aku terus berdoa dan berdoa dengan perantara dan tsunami semangat dari ibu tercintaku. Ibu selalu memberiku dorongan bagai gempa yang sangat besar skalanya. Memang benar, beliau lebih tau segalanya daripada orang lain. Setiap kata yang terurau dari bibir beliau ku semayamkan dan ku cerna baik-baik. Dialah psikiater sejatiku karena beliaulah yang mampu benar-benar mengetahui permasalahan yang ku hadapi saat ini. Sedikit demi sedikit aku mampu mengendalikan diri ku yang hampir fana. Disini tak hanya ibu yang memberikan untaian kata-kata tetapi juga kakak keponakanku yang tak lelahnya berkata "Itu kelebihanmu, bukan penyakit ataupun halangan. Tak semua umat memiliki karunia seperti itu, kelak kamu akan tahu kapan cobaan ini akan menjadi suatu hal luar biasa dan bercucuranlah berkah dari karunia ini". Tak hanya itu, para keluarga yang lain juga tak ada hentinya memberikan motivasi.

Inilah yang aku butuhkan, kepercayaan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Percayalah padaku, ini kisahku, doakan aku mampu melewati ini semua. 

Tuhaaan., terimakasih.... Kau telah memberikan orang-orang yang sangat mencintaiku... Karunia-MU sangat luar biasa. Terimakasih telah memilihku dan percaya padaku untuk memiliki kelebihan seindah dan semegah ini...
Baca selengkapnya