TUGAS
PEMISAHAN KIMIA
“PEMISAHAN
NODA PADA SERAT PAKAIAN OLEH DETERGEN”
Oleh :
INTAN PIRANTI
(120332421494)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEI 2014
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ide
dari judul ini muncul akibat rasa keingintahuan dari kecil. Sejak kecil saya
suka bermain dengan busa dan menurut saya itu adalah hal yang sangat menarik. Dalam
benak, terfikirkan bagaimana ada zat yang sangat bagus seperti itu. Lambat laun
ketika sudah mulai bisa mencuci, terfikirkan beberapa hal yaitu kenapa tidak
semua jenis noda hilang dalam waktu yang sama. Sampai kadang harus dibutuhkan
jumlah detergen berbeda untuk mengucek pakaian yang kebetulan terkena noda.
Menginjak SMA, telah dikenalkan istilah polar dan non polar. Air adalah molekul
polar dan lemak atau lipid adalah molekul non polar. Kalau begitu mengapa harus
menggunakan air untuk menghilangkan suatu molekul non polar? Apa kegunaan air
dalam hal ini? Dan hal yang penting adalah metode apakah yang digunakan
peneliti untuk masalah ini.
Dalam
makalah ini akan dibahas bagaimana pemisahan dapat terjadi, pengertian detergen
serta zat penyusunnya, metode yang digunakan, dan membahas tuntas tentang
metode yang digunakan tersebut. Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat
memberikan informasi lebih dan bermanfaat bagi pembaca.
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
PAKAIAN
Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan
dan rumah. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat,
kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.
Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak,
dengan memberikan penghalang antara kulit
dan lingkungan.
2.
PENGERTIAN
SERAT
Serat (Inggris:
fiber) adalah suatu jenis bahan
berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan
memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada
kain.
Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas.
Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis
(serat buatan manusia). Serat pakaian termasuk dalam serat alami, tergolong
dari serat yang terbuat dari tumbuhan. Serat dari tumbuhan umumnya tersusun
atas selulosa,
hemiselulosa,
dan kadang-kadang mengandung pula lignin.
3.
PENGERTIAN
DETERGEN
Pada umumnya,
detergen mengandung salah satu bahan penting yaitu:
o Surfaktan
Surfaktan (surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka
air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
4.
METODE
PEMISAHAN
Menurut dari masing-masing
pengertian, dapat disimpulkan bahwa cara pemisahan noda pada serat pakaian menggunakan
metode kromatografi. Kromatografi yang
dipakai jelas kromatografi bidang. Fasa diam dari pemisahan ini adalah air yang
terikat pada kain, sedangkan serat dari penyusun kain adalah selulosa sehingga
jelas bahwa pemisahan ini menggunakan metode kromatografi kertas. Selain itu
ada juga proses destilasi pada bagian akhir. Dimana pakaian akan diuapkan agar
kering (molekul air terpisah dari serat pakaian).
4.1 Pengertian kromatografi dan
kromatografi kertas
Kromatografi adalah suatu metode
pemisahan komponen kimia paling baik saat ini. Kelebihan kromatografi dari
metode pemisahan yang lain adalah metode ini mendeteksi secara awal komponen
yang dipisahkan, dilakukan pada jumlah
sampel yang kostituennya sedikit atau sangat kecil, sifatnya selektif untuk
senyawa organik multikomponen, dan tidak memerlukan biaya sebanyak biaya metode
pemisahan yang lain.
Kromatografi kertas adalah suatu
bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah, dan murah. Penemu
kromatografi kertas adalah A.J.P Martri, Consden, dan Gordon. Seperti yang
telah tertulis sebelumnya, fasa diam dari kromatografi ini adalah air yang
terikat pada selulosa dan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar. Dalam
kromatografi ini, fasa gerak teradsorbsi dalam kain karena efek kapiler
(difusi). Teknik meresapnya fase gerak ini dilakukan dengan teknik menaik
(ascending) atau dengan teknik menurun (descending).
4.2 Proses Kromatografi
Masing-masing zat atau komponen
pasti memiliki suatu sifat fisika, kimia, dan kesetimbangan distribusi yang
berbeda dari komponen satu dengan komponen yang lain. Hal ini juga akan
mengakibatkan perbedaan dari laju migrasi pasa sistem tertentu. Sehingga, tidak
semua jenis noda pisah atau larut dalam durasi yang sama (Rf berbeda).
Fase diam yang merupakan kain
terlapisi air tersebut merupakan suatu zat yang bersifat polar. Dalam detergent
terdapat suatu surfaktan yang tersusun dari senyawa – senyawa non polar (pada
rantai alkil) dan senyawa polar (pada anion sulfonat). Surfaktan inilah yang akan
berperan sebagai eluen. Berikut merupakan salah satu komponen surfaktan.
CH3(CH2)nCH2SO3Na
(Natrium alkana sulfonat)
Seperti yang kita tahu, noda pada
umumnya dikelilingi oleh lapisan minyak atau lemak. Lemak adalah suatu senyawa
ester yang terbentuk dari gliserol dan berbagai asam karboksilat. Senyawa ini
bersifat non polar sehingga dapat terleusi oleh fasa gerak.
Pertama, selulosa atau kain dilapisi air lalu eluen
diberikan pada kain yang telah terkena noda (lemak). Ketika eluen diberikan,
akan terjadi suatu kseimbangan dinamis dimana eluen akan menempel sesaat
pada fasa diam.
Setelah
itu, kotoran atau noda akan terelusi oleh eluen. Dalam proses ini terdapat
suatu pertukaran ion walaupun lemah.
Surfaktan bertindak sebagai eluen atau
dalam istilah organik disebut misel (dalam larutan encer). Misel juga salah
satu bukti bahwa detergen atau surfaktan dapat larut dalam air. Rantai alkil
yang non-polar bersifat hidrofobik berada dalam lingkungan non polar, yaitu
pada bagian dalam misel sedangkan anion sulfonat yang polar bersifat hidrofilik
berada dalam lingkungan polar yaitu dalam pelarut air. Bagian hidrofilik
menyebabkan surfaktan larut dalam air (misel bagian luar) dan bagian hidrofobik
(misel bagian dalam) mengelusi noda.
4.3 Distilasi
Setelah
noda terelusi, pakaian yang telah bersih tersebut didistilasi agar molekul air yang
berdifusi pada kain terpisah. Distilasi dapat dilakukan di ruangan terbuka atau
dengan cara menghembuskan uap atau gas pada pakaian
5.
TRANSFER MASSA
Pemisahan tak terlepas dari
transfer massa dimana suatu pemisahan mengalami perpindahan massa. Dalam proses
kromatografi ini sangat jelas terjadi suatu fenomena transfer massa pada
permukaan fasa diam. Pada akhir proses akan didapatkan suatu keadaan
kesetimbangan fasa dimana molekul telah berpindah tempat. Perpindahan massa
pada pemisahan ini meliputi proses difusi. Difusi air pada kain dan difusi
eluen pada fasa diam untuk mendorong atau mengelusi noda. Kecepatan difusi
eluen tergantung pada jenis noda yang dielusi karena setiap jenis noda atau setiap
komponen kimia memiliki difusivitas berbeda. Bab ini hanya membahas noda yang
dilapisi minyak atau lemak, contoh noda yang lain misalkan noda kopi, noda
saos, noda spidol, noda kecap, dan lain-lain. Masing-masing noda memiliki
kecepatan difusi yang berbeda.
5.1 Difusi di permukaan
Telah
disebutkan di atas bahwa kromatografi mengalami difusi di permukaan fasa diam.
Dimana proses terjadi dengan cepat. Beberapa proses adsorbsi pada permukaan
padatan atau cairan merupakan hasil kajian difusi di permukaan secara mendalam
sehingga digunakan sistem bagus yang menggunakan media berpori sebagai
ekstraktor. Pada kromatografi, diharapkan difusi eluen hanya terikat pada zat
terlarut (noda) dan tidak berdifusi lebih lanjut
5.2 Difusi dalam media berpori
Air dan
eluen berdifusi pada fasa diam yang merupakan suatu media berpori (kain).
Adapula faktor yang mempengaruhi difusi pada media berpori:
1. Geometri dari pori
Laju difusi tergantung pada jenis kain, apakah kain
memiliki pori yang besar atau kecil. Semakin besar pori, proses difusi semakin
sepat
2. Ukuran pori
Berkaitan dengan lintasan yang dilalui pada proses
pengelusian noda oleh eluen
3. Bentuk pori
Berkaitan dengan pori lain di dekatnya karena
apabila molekul mendapat lintasan yang buntu maka molekul terjebak dalam pori dan
tidak dapat kembali pada larutan surfaktan yang lain (eluen)
4. Interaksi di permukaan pori
Berpengaruh pada
penyerapan serta pemisahan-pemisahan dari campuran noda dan eluen
5.3 Transfer Massa di Antarmuka
|
Jarak
|
Grafik di
atas menggambarkan konsentrasi pada eluen atau air yang masuk ke dalam serat
pakaian. Hal ini menyatakan bahwa ada perubahan konsentrasi pada transfer massa
yang diakibatkan oleh perbedaan kelarutan. Dibutuhkannya daya pengendali
(driving force) atau tidak tergantung pada perbedaan konsentrasi. Transfer
massa di antarmuka harus benar-benar diperhatikan karena bisa menjadi penghalang
pada proses pemisahan. Hal ini disebabkan oleh keadaan antarmuka yang bisa
menurunkan percepatan pemisahan.
PENUTUPAN
1.
KESIMPULAN
a. Serat
pakaian umumnya tersusun atas selulosa,
hemiselulosa,
dan kadang-kadang mengandung pula lignin.
b. Pemisahan
noda pada pakaian menggunakan metode kromatografi kertas karena fasa diamnya
berupa selulosa
c. Eluen
fasa gerak pemisahan menggunakan surfaktan dari detergen
d. Terjadi
transfer massa saat eluen dan air berdifusi ke serat kain
e. Dilakukan
destilasi agar molekul air terpisah dari serat pakaian
2. DAFTAR
PUSTAKA
1.
Wonorahardjo,
Surjani. 2013. Metode-Metode Pemisahan
Kimia. Malang : Indeks
2.
Subagio,
dkk. 2013. Kimia Analitik. Malang : Universitas
Negeri Malang
3.
Parlan
& Wahjudi. 2005. Kimia Organik II. Malang : Universitas Negeri Malang
Bagikan
PEMISAHAN KIMIA
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Tulis komentarsalut buatmu tan, baaaikkk banget masukin tugas kuliah di blog. mesti yang lagi butuh tentang pemisahan kimia, bakalan sujud syukur di blog mu. ahahahaha..
Replymana nih postingan barunya? keenakan libur pasti! padahal wifi rumahmu kan kenceng, harusnya update lagi doong.. aku kan mau tau, kamu ngapain aja pas lagi liburan gini.
oh ya, sebagai tetangga kosmu yang terbaik, aku ngasih award ini yaa... mampir ke blog ku
http://tulisandarihatikecilku.blogspot.com/2014/07/dapat-award-yang-pertama-nih.html